bisnis paling gratis
0

MERAK KINI DAN AKAN DATANG

Posted by Neo on 01.23


indosiar.com, Merak - (Selasa, 29.05.2012) Hingga Senin sore antrian ribuan truk yang berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa yang hendak ke pulau Sumatera masih terus mengular hingga kedalam jalan tol Tangerang - Merak. Dari pantauan terakhir, antrian truk sudah mencapai KM 96 Cilegon Barat dan diprediksi antrian akan semakin memanjang karena banyaknya truk yang terus berdatangan.

Untuk mengantisipasi kemacetan kendaraan umum dan pribadi, pihak PT Marga Mandala Sakti mengalihkan rute perjalanan yang seharusnya keluar tol Merak menjadi keluar tol Cilegon Barat. Sementara pintu tol Merak ditutup karena beberapa kilometer terakhir menuju jalan tol Merak sudah dipenuhi antrian truk.

Sementara meski suasana didalam pelabuhan Merak sudah berangsur normal, namun sejumlah fasilitas umum yang dirusak para sopir truk dan kernet masih belum diperbaiki.  8 loket elektronik belum berfungsi. Kondisi ini membuat pihak PT ASDP harus melayani penjualan tiket secara manual.

Saat ini PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan sudah mengoperasikan 21 kapal Roro untuk melayani pemberangkatan dan akan ditambah 1 kapal Roro lagi untuk memperlancar pelayanan penyebrangan. (Heni Murniati Supaidi/Sup)

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) menyatakan ada sekitar 2.000 truk yang mengantre selama satu hingga tiga hari di Pelabuhan Merak, Banten. "Ada sekitar 2.000 truk dengan berbagai ukuran serta jenis yang mengantre satu sampai tiga hari," kata Ketua Departemen Angkutan Barang DPP Organda, Andre Silalahi, ketika dihubungi, Jumat 6 Juli 2012.

Andre menuturkan, jumlah truk tersebut merupakan penghitungan dengan estimasi antrean 12-15 kilometer. Dengan begitu, kerugian akibat kemacetan terlihat dari beban pemborosan yang diprediksi mencapai Rp 500 juta setiap hari.

Nilai kerugian tersebut merupakan akumulasi dari alokasi uang makan sopir serta kernet yang mencapai Rp 400 juta ditambah biaya bahan bakar yang total mencapai Rp 100 juta. Biaya bahan bakar menggunakan asumsi pemborosan solar 10 liter untuk jarak tempuh 12-15 kilometer antrean.

Namun sebelumnya, pemerintah tidak hanya menganggap kemacetan di sepanjang jalur menuju Pelabuhan Merak sebagai hal negatif. Pasalnya, kemacetan disumbang oleh semakin banyaknya masyarakat yang menganggap penyeberangan lebih efisien dan terjangkau.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Suroyo Alimoeso, menganggap kemacetan di Pelabuhan Merak, Banten, sebagai permasalahan kompleks. "Masalah Merak itu kompleks, tidak hanya keberadaan kapal dan dermaga," kata Suroyo, Kamis lalu.

Sangat pesatnya pertumbuhan ekonomi Jawa dan Sumatera belakangan ini turut memberi andil kemacetan. Hal ini terlihat dari besarnya volume pengiriman logistik jarak jauh antara Jawa dan Medan dapat dilakukan melalui transportasi laut. Selain itu, makin ramainya lalu lintas tersebut juga ditambah dengan isu mengenai Jembatan Selat Sunda (JSS). Isu tersebut secara tidak langsung mendorong semakin banyaknya pengusaha yang berencana menambah jumlah dermaga dan kapal. MARIA YUNIAR

Perekonomian nasional tengah bergeliat di tengah mandegnya perekonomian global dan tersanderanya perekonomian negara maju oleh utang yang cukup besar. Seharusnya, kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menggenjot perekonomian domestik dengan beragam aktivitas yang diharapkan bisa mendorong bergeraknya ekonomi. 
Anehnya, pemerintah tidak terlalu pusing dengan kemacetan yang terjadi di ruas jalan menuju Pelabuhan Merak. Bahkan, Menteri Koordinator Perekonomian Perekonomian Hatta Rajasa mengajak semua pihak mensyukuri kemacetan yang terjadi di Merak.
Alasan Hatta, hal itu menunjukkan pergerakan ekonomi. Ekonomi yang bergerak di tengah kemacetan. "Penyeberangan meningkat itu namanya ekonomi kita bergerak," ujar Hatta di Jakarta, Senin (9/7).
Yang disayangkan, pemerintah tidak benar-benar siap menyambut cepatnya ekonomi bergerak yang mendorong peningkatan arus distribusi logistik. Persoalan kemacetan di ruas jalan menuju pintu masuk Pelabuhan Merak, sudah cukup kronis. Ekonomi yang bergerak di tengah kemacetan tidak bisa diterima begitu saja. Terlebih, jika melihat kerugian yang harus ditanggung.
Sekretaris DPP Organda Andriansyah mengatakan, pihaknya telah melakukan perhitungan untuk mengetahui uang yang terbuang percuma dari kondisi kemacetan di Pelabuhan Merak dan terhambatnya arus logistik nasional. "Yang kita hitung (kerugian) Rp 1,8 miliar sampai Rp 2 miliar per hari," tegas Andriansyah kepada merdeka.com.
Kerugian tersebut dihitung dari faktor keterlambatan pengiriman, peningkatan cost atau biaya operasional, penambahan biaya bahan bakar yang terbuang percuma di jalan, dan dana tambahan yang harus dikeluarkan pengemudi truk karena harus menunggu berhari-hari untuk bisa menyeberang.
"Juga penurunan produktivitas kendaraan 20 sampai 30 persen," katanya. Dengan kata lain, arus logistik yang harusnya bisa dicapai 3 sampai 4 hari, sekarang harus bertambah 1 sampai 2 hari.
Untuk solusi jangka pendek, Organda sudah mengusulkan Pelindo 2 sebagai otoritas penyeberangan, melakukan studi penyeberangan dengan mengalihkan ke Tanjung Priok-Sumatera dengan kapal Roro. Dengan catatan, cost atau biaya harus lebih murah. Sebab, biaya penyeberangan Tanjung Priok masih jauh lebih mahal dari Pelabuhan Merak. 
Pihaknya sangat berharap agar persoalan kemacetan di Pelabuhan Merak bisa terselesaikan. "Jangan menghambat. Ini menghambat distribusi, sedangkan penyeberangan meningkat terus. Sejalan dengan kemacetan Merak ini kan simpul utama Jawa dan Sumatera , agar ada penyelesaian secepatnya," harapnya.
Hatta Rajasa dengan penuh percaya diri mengaku tahu cara mengurai kemacetan di Merak. Menurutnya, ada tiga jalan keluar. "Ke depan, saya tahu karena saya mantan menteri perhubungan. Itu ada 3 saja, pertama sediakan dermaga tambahan dan kedua adalah kapal penyeberangan yang baik. Manajemen juga harus turun langsung ke lapangan atau pas hands on," kata Hatta.

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir sepekan ratusan kendaraan yang memuat bahan pokok mengantre di Pelabuhan Merak, Banten. Antrean yang menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, ini terjadi lantaran peningkatan volume kendaraan.

Ketua Departemen Angkutan Barang, Dewan Pengurus Pusat Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda), Andre Silalahi, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Pelabuhan Merak, Banten, diperkirakan mencapai ratusan juta dalam satu hari.

"Beban pemborosan yang ditanggung Rp 500 juta setiap hari," kata Andre kepada Tempo, Jumat, 6 Juli 2012.

Nilai kerugian sebesar itu, menurut dia, merupakan akumulasi dari alokasi uang makan sopir serta kernet yang mencapai Rp 400 juta plus biaya bahan bakar sekitar Rp 100 juta.

Andre memperkirakan biaya bahan bakar tersebut diasumsikan dengan adanya pemborosan solar 10 liter untuk jarak tempuh 12 sampai 15 kilometer antrean. Andre menuturkan, dengan antrean sepanjang itu, ada sekitar 2.000 truk dengan berbagai ukuran serta jenis yang mengantre selama satu hingga tiga hari.

Namun, lanjut dia, perkiraan angka kerugian Rp 500 juta per hari tersebut bukanlah angka mutlak. Pasalnya, penghitungan tersebut belum termasuk kesempatan yang hilang atau ritase dengan pemborosan waktu dua sampai tiga hari, yang bisa mencapai belasan miliar.

Andre menambahkan, beban kerugian akibat kemacetan yang terjadi di pelabuhan ini tak hanya ditanggung pengusaha, melainkan juga masyarakat, karena bahan pokok menjadi langka dan harganya naik.


Jembatan Selat Sunda adalah salah satu proyek besar pembuatan jembatan yang melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Proyek ini dicetuskan pada tahun 1960 dan sekarang akan merupakan bagian dari proyek Asian Highway Network (Trans Asia Highway dan Trans Asia Railway) [1]. Dana proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) direncanakan berasal dari pembiayaan Konsorsium diperkirakan menelan biaya sekitar 10 miliar Dollar Amerika atau 100 triliun rupiah [2]yang akan dipimpin oleh perusahaan PT Bangungraha Sejahtera Mulia {BSM). Menurut rencana panjang JSS ini mencapai panjang keseluruhan 31 kilometer dengan lebar 60 meter, masing-masing sisi mempunyai 3 lajur untuk kendaraan roda empat dan lajur ganda untuk kereta api akan mempunyai ketinggian maksimum 70 meter dari permukaan air. JSS telah dilakukan Soft Launching 2007 Jembatan Selat Sunda dan akan dimulai pembangunannya pada tahun 2010 [3]dan diperkirakan dapat mulai dioperasikan pada tahun 2020[4].

Sejarah

Berawal dari gagasan Prof. Sedyatmo (alm), seorang guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1960 disebut dengan nama Tri Nusa Bima­sakti yang berarti penghubung antara tiga pulau yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Bali kemudian pada tahun 1965 Soekarno sebagai Presiden RI memerintahkan kepada ITB agar melakukan uji coba desain penghubung yang hasil dari percobaan tersebut berupa sebuah tero­wong­an tunel dan pada awal Juni 1989 terselesaikan dan diserahkan kepada Soeharto selaku Presiden RI pada saat itu dan kemudian pada tahun 1997 Soeharto sebagai Presiden RI memerintahkan kepada BJ Habibie selaku Menristek agar mengerjakan proyek yang diberi nama Tri Nusa Bima­sakti, Pada tahun 1990an Prof. Wiratman Wangsadinata dan Dr.Ir. Jodi Firmansyah melakukan pengkajian uji coba desain kembali terhadap perencanaan peng­hu­bungan antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, pada hasil pengkajian menyatakan bahwa penghubung dengan melalui sebuah jembatan ternyata lebih layak bila dibandingkan dengan penghubung dengan melalui sebuah tero­wong­an dibawah dasar laut untuk penghubung Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.[5] sedangkan untuk Jembatan Selat Bali yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali belum terlaksana dikarenakan pemerintahan daerah Provinsi Bali belum bersedia

Pra-Studi Kelayakan

Pra-Studi Kelayakan Jembatan Selat Sunda ini telah diserahkan pada Gubernur Banten, Lampung dan pemerintah pusat dalam suatu acara khusus bertempat di Hotel Borobudur Jakarta, pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2009. [7] selanjutnya akan melibatkan 10 provinsi yang berada pada Pulau Sumatera
Dengan dilakukan revisi Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 maka dibentuk kembali kelompok studi kelayakan (feasibility study) yang terdiri dari soal teknis, tata ruang dan keekonomian serta sosial [8] realisasi proyek Jembatan Selat Sunda masih perlu waktu kaji satu hingga satu setengah tahun lagi

Data Teknik

Teknologi terapan Delta Qualstone S.K.125 telah memiliki sertifikat Hak Paten di Indonesia dan telah diuji di Balai Besar Pengujian Barang dan Bahan Teknik (B4T) Bandung, terdaftar pada Business Technology Center - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTC-BPPT), serta Teknologi Delta Qualstone SK 125 ini memberikan toleransi terhadap gempa hingga 9 skala richter (Data teknik: sementara dapat dilihat disini)

Rute


JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan menyatakan akan mendukung pemerintah untuk segera melaksanakan proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda. Juru Bicara Kemenko Polhukam Bambang Soelistyo mengatakan, pihaknya akan membantu pemerintah agar pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera itu aman dan tidak mengganggu pelayaran internasional.
"Kami mendukung sepenuhnya keinginan pemerintah membangun jembatan. Tapi ini masih awal, kira-kira diharapkan 2014 nanti pencanangan tiang pertama," ujar Bambang seusai melakukan rapat koordinasi pembangunan Jembatan Selat Sunda di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (9/1/2012).
Bambang menuturkan, dalam rapat tersebut Menko Polhukam Djoko Suyanto meminta masukan dan evaluasi mengenai pembangunan jembatan itu dari sisi politik hukum dan keamanan. Menurutnya, karena proyek tersebut adalah bagian dari pengembangan strategis Selat Sunda, maka kementeriannya saat ini memiliki peran.
"Apalagi, Selat Sunda ini adalah salah satu bagian dari selat strategis, bagian dari Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) kita. Maka dari itu, kita mempunyai kewajiban kepada dunia internasional untuk menjamin rasa aman, dan tidak mengganggu pelayaran internasional," jelasnya.
Meski demikian, Bambang enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai persoalan teknis, seperti bentuk desain, dana, dan target pasti pembangunan tersebut. Menurutnya, dalam hal tersebut akan membutuhkan setidaknya dua tahun untuk melakukan evaluasi dan merancang bangunan desain.
"Kami belum sampai ke hal-hal teknis, baru tahap awal. Jadi intinya kami akan bangun sarana dan prasarana. Meskipun titik bobotnya di perekonomian, tapi bidang politik hukum dan keamanan juga harus dipertimbangkan. Maka itu, kita koordinasikan dari sekarang," kata Bambang.
Editor :
Aloysius Gonsaga Angi Ebo

Jembatan Selat Sunda Proyek Pembangunan Konstruksi – Wacana pembangunan Jembatan Selat Sunda semakin ramai.  Apabila proyek ini benar-benar terealisasi tentu merupakan suatu mega proyek bagi negara Indonesia khususnya, dan bisa dibilang Jembatan ini bisa menjadi salah satu Jembatan terpanjang di dunia. Jembatan Selat Sunda yang digadang bakal menggeser Jepang sebagai bentang jembatan terpanjang kedua di dunia perlahan mulai dimatangkan pemerintah. Jembatan ini diharapkan bisa menjadi alternatif pemecahan mobilitas tinggi antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Proyek ini diperkirakan memerlukan investasi sangat besar, US$25 miliar. Untuk studi kelayakan dan desain awal saja memerlukan US$150 juta.
Jembatan Selat Sunda akan menjadi jembatan dengan bentang tengah terpanjang di Indonesia, dan kedua di dunia. Saat ini, bentang tengah terpanjang adalah jembatan di Italia dan kedua di Jepang.  Jembatan Selat Sunda Proyek Pembangunan Konstruksi akan menjadi jembatan dengan bentang tengah terpanjang di Indonesia, dan kedua di dunia. Saat ini, bentang tengah terpanjang adalah jembatan di Italia dan kedua di Jepang.
Jembatan dengan total panjang sekitar 29 kilometer itu dibangun menggunakan dua buah jembatan suspensi sebagai jembatan utama dengan panjang bentang mencapai 2.500 meter. Di atas jembatan ini juga direncanakan dapat dilewati kereta api. Rencananya, jembatan ini akan mulai dibangun pada 2014, dan membutuhkan waktu 10 tahun.
Jembatan ini penting sebagai alternatif pemecahan mobilitas tinggi antara Pulau Jawa dan Sumatera. Jawa dan Sumatera memiliki ketergantungan tinggi karena Sumatera sebagai sentra produksi, pengolahan hasil bumi, dan lumbung energi nasional. Sementara itu, Jawa merupakan pendorong industri jasa nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 80 persen kontribusi produk domestik bruto (PDB) pada 2010 berasal dari Jawa dan Sumatera. Namun, pelayanan transportasi barang dan jasa dengan penyeberangan kapal ferry dinilai tidak optimal.
Ide pembangunan Jembatan Selat Sunda ini awalnya diungkapkan Prof Sedyatmo pada 1960 dan ditindaklanjuti pada 1986 dengan melakukan studi awal yang intensif oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Pembangunan Jembatan Selat Sunda tengah dimatangkan. Jembatan yang menghubungkan Pulau Sumatera-Jawa ini direncanakan memiliki panjang 29 kilometer dan dibangun menggunakan dua buah jembatan suspensi sebagai jembatan utama dengan panjang bentang mencapai 2.500 meter. Jembatan yang direncanakan dibangun 2014 ini memakan dana lebih dari Rp215 triliun.
Jembatan Selat Sunda nantinya menjadi rangkaian jembatan yang panjang dan lebar sehingga dibutuhkan beberapa segmen jembatan dengan bentang yang panjang, struktur pylon yang tinggi, dan struktur pondasi yang dalam dan massive. Jembaan ini pula diperkirakan memiliki beban lingkungan seperti angin, potensi gempa dan beban lain yang khusus. Apalagi, JSS dibangun di lingkungan yang agresif karena berada di lingkungan laut (dengan kadar sulfat dan kloridaq yang tinggi). Bahkan, beberapa segmen jembatan berada di laut dalam.
Sumber :http://armylookfashion.com/2012/04/20/jembatan-selat-sunda-proyek-pembangunan-konstruksi.html/

ransaktual.
Tim Nasional mempersiapkan pembangunan jembatan Selat Sunda berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 36 tahun 2009.
Untuk mempercepat pembangunan serta meningkatkan integrasi perekonomian Jawa dan Sumatera perlu segera dilakukan pembangunan jembatan penghubung Jawa-Sumatera di Selat Sunda;Dan untuk meningkatkan efisiensi serta efektifitas investasi berskala besar perlu di dukung dengan langkah-langkah terpadu dalam bentuk pengembangan wilayah terutama kawasan sekitar Selat Sunda.
Dalam rangka perencanaan pembangunan jembatan Selat Sunda dan pengembangan kawasan di sekitar Selat Sunda,diperlukan persiapan rencana tata ruang, rencana pendanaan dan pembiayaan, rencana bentuk kelembagaan yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam perencanaan pembangunan jembatan Selat Sunda dan pengembangan wilayah di sekitar Selat Sunda.
Secara yuridis mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 4 ayat (1), Undang-Undang No 38 tahun 2004 tentang Jalan, Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Tim Nasional mempunyai tugas diantaranya yaitu ]:
Menetapkan kebijakan pembangunan jembatan Selat Sunda dan rencana pembangunan kawasan sekitar Selat Sunda;
Mengoordinasikan kegiatan persiapan rencana pembangunan jembatan Selat Sunda, serta pengembangan kawasan sekitar Selat Sunda;
Melakukan evaluasi terhadap berbagai kegiatan terdahulu yang telah dilaksanakan dalam rangka persiapan pembangunan jembatan Selat Sunda;
Menyiapkan kajian kelayakan pembangunan jembatan Selat Sunda, yang mencakup aspek teknis, aspek pengembangan wilayah, aspek lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi, keungan dan kelembagaan;
Menyusun rencana induk pembangunan jembatan Selat Sunda dan pengembangan kawasan terpadu sekitar Selat Sunda; dan Melakukan kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pembangunan dan pengusahaan jembatan Selat Sunda serta pengembangan kawasan sekitar Selat Sunda.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana yang dimaksud diatas,Tim Nasional memperhatikan:
Nota kesepakatan tentang kerjasama antar Pemerintah Provinsi sewilayah Sumatera yang di tanda tangani para Gubernur dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah se-Sumatera tanggal 30 November 2007; dan Hasil kajian yang telah dilakukan dalam rangka persiapan pembangunan jembatan Selat Sunda, termasuk hasil kajian yang telah disampaikan Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Provinsi Lampung kepada Pemerintah.
Tim Nasional dalam melaksanakan tugasnya dapat melibatkan Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Kementerian,Pemerintah Daerah, dunia usaha serta pihak lainnyayang di pandang perlu dan dapat membentuk Sekretariat Kelompok kerja yang keanggotaan serta tata kerjanya ditetapkan oleh Ketua Tim Nasional.
Tim Nasional bertanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Presiden secara berkala atau sewaktu-waktu bila diperlukan.Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Tim Nasional dibebenkan pada Anggaran Belanja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Jembatan Selat Sunda direncanakan sepanjang sekitar 29 km akan terhubung dengan jalan tol Jakarta-Merak serta rencana jalan tol Cilegon-Ciwandan sepanjang 14 km dan rencana jalan tol Bakauheni-Bandar Lampung-Metro sepanjang sekitar 80 km.
Jembatan Selat Sunda direncanakan memiliki ruang bebas vertikal 85 meter di atas permukaan laut tertinggi agar lebih tinggi dari tinggi udara terbesar serta memperhitungkan efek kenaikan elevasi air laut akibat pemanasan global. Direncanakan juga jembatan Selat Sunda memiliki lebar total 60 m terdiri atas tiga lajur lalu lintas masing-masing arah selebar 3x3,75 m, dua lintasan kereta api selebar 10 m, lajur pemeliharaan masing-masing selebar 5,05 m.   
Jembatan Selat Sunda adalah salah satu proyek besar pembuatan jembatan yang melintasi Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.
Jembatan Selat Sunda ini akan menjadi jembatan terpanjang pertama di dunia yang dibangun dengan bentang tengah sampai 2.200 meter. Perkiraan biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan JSS sekitar Rp 100 triliun. Pembangunan proyek JSS membutuhkan waktu minimal 10 tahun. (Transaktual/Tri



Jembatan yang akan menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa itu disebutkan akan memiliki panjang total sekitar 29 kilometer dan berdiri 85 meter di atas permukaan laut untuk mengantisipasi kapal-kapal yang melaluinya. Gagasan soal jembatan ini, menurut Guru Besar jurusan Teknik Sipil ITB tersebut sudah cukup lama, berawal dari suatu seminar di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT pada 1992 ketika Menristek/Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dipegang oleh BJ Habibie.
Saat itu ia mengungkapkan bahwa antara Sumatera dan Jawa sangat dimungkinkan untuk dihubungkan dengan jembatan, namun harus menggunakan teknologi jembatan gantung ultra panjang seperti yang sedang berkembang di Eropa, bukan lagi generasi I seperti Golden Gate San Fransisco, tetapi dengan teknologi generasi III seperti Jembatan Selat Messina di Italia yang menghubungkan daratan Italia dengan Pulau Sisilia.
Setelah terpendam selama lima tahun, pada 1997 gagasan tersebut kembali diangkat ketika dirinya diminta BJ Habibie menjelaskan lagi soal jembatan tersebut dan membuat studi tentang teknologi baru itu, ujar Direktur Utama Wiratman and Associates, perusahaan konsultan jasa konstruksi terkemuka itu. Sayangnya pada tahun itu Indonesia mulai dilanda krisis moneter dan hasil studi tentang jembatan tersebut tidak berlanjut serta tinggal sekedar rancangan di atas kertas. “Namun tiba-tiba pada 2005 Tommy Winata dari Artha Graha mengajak saya untuk menghidupkan kembali gagasan tersebut, alasannya jika ada jembatan tersebut ia menjadi bangga sebagai orang Lampung,” katanya.
Dari pertemuan itu, pihaknya bersama Tommy Winata kemudian melakukan kunjungan ke kedua Pemda yang bakal berkepentingan, Pemda Lampung dan Banten. “Mereka menyambut baik dengan segera merealisasikan penandatanganan nota kesepahaman MoU) pembentukan konsorsium yang bertugas membuat pre-study yang nanti digabungkan dengan studi kelayakan,” ujar pria berusia 76 tahun kelahiran Jakarta, 25 Februari 1935 itu.
Pada 2009 rencana Jembatan Selat Sunda yang diperkirakan bakal menelan dana Rp 100 triliun sampai Rp 250 triliun ini disambut oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Kepala Bappenas saat itu Paskah Suzetta yang kemudian dibentuklah tim nasional yang diketuai Menko Perekonomian. Jika Perpres sudah ada, menurut dia, studi kelayakan yang memerlukan waktu dua tahun itu bisa dimulai, sehingga diharapkan peletakan batu pertama jembatan dengan dua fungsi, jalur lalu lintas dan jalur kereta api itu, bisa dilakukan pada 2014, dilanjutkan pembangunan selama maksimal 10 tahun.
Dijamin Aman
Pakar teknik sipil yang telah membangun 4.100 gedung bertingkat, infrastruktur jalan dan jembatan hingga pembangkit listrik tersebut dengan yakin menyatakan bahwa jembatan Selat Sunda akan cukup aman dari berbagai kemungkinan tantangan alam seperti gempa, gelombang laut, angin, hingga letusan gunung Anak Krakatau.
Dalam pradesain, soal letusan gunung, gempa, ombak dan angin, menurut dia sudah dilihat. Letusan Gunung Anak Krakatau yang jaraknya ke jembatan sekitar 50 km misalnya, tidak signifikan pengaruhnya, apa lagi gunung ini tidak menyimpan energi besar. Begitu pula pengaruh gempa bisa diantisipasi, bahkan untuk dilalui tsunami, tiangnya juga terlalu tinggi, sedangkan angin dan ombak besar juga sudah diperhitungkan.
“Jembatan ini akan memiliki dua sistem, di bagian laut yang dangkal dibangun sistem beton konvensional, sedangkan di laut yang dalam dibangun dengan jembatan gantung ultra panjang untuk melangkahi palung laut yang lebar dan dalam,” kata peraih belasan penghargaan itu.
Ditanya soal untung-rugi pilihan pada jembatan yang melayang di atas laut dibanding dengan pilihan lainnya berupa terowongan bawah laut seperti terowongan Channel yang menghubungkan antara Inggris dan Perancis, ia menegaskan lebih memilih jembatan. “Dari segi keamanan, terowongan itu berbahaya karena ia harus dibangun di bawah palung Selat Sunda yang kedalamannya mencapai 150 meter. Jika retak sedikit saja akan menjadi malapetaka. Kalau jembatan di atas laut gempa hanya goyang, tapi kalau di bawah dasar laut bebannya sangat besar 150 ton per meter persegi,” kata Wiratman.
Jadi jembatan tidak peka terhadap pergerakan geoseismotektonik, sedangkan terowongan sangat peka terhadap setiap pergerakan yang dapat menyebabkan peretakan beton sebagai awal proses kebocoran. Jembatan menurut dia, juga lebih murah dari segi biaya karena jaraknya lebih diperpendek dibanding terowongan yang harus mengikuti alur di bawah dasar laut ditambah perlunya memenuhi syarat kelandaian lintasan sehingga menjadi sangat panjang dan memerlukan waktu pembangunan yang lebih lama pula.
Terowongan juga memerlukan biaya operasi yang besar untuk menjalankan sistem ventilasi, drainase, dan penerangan terus-menerus siang dan malam, sementara jembatan tidak memerlukan biaya operasi karena lalu lintas berjalan di udara terbuka. Alasan lain, terowongan sangat cepat padat dan jenuh karena kendaraan bermotor harus naik di atas formasi kereta api, seperti di terowongan Channel, berhubung karakter terowongan tidak bisa multi-moda seperti jembatan.
“Jembatan juga bisa ditumpangi berbagai utilitas seperti kabel listrik, telpon, fiber optik, pipa air baku hingga pipa gas, sementara jika melalui dasar laut biayanya lebih mahal,” kata bapak dua putri yang baru saja mendapat Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI itu.
Namun demikian ia juga mengingatkan, meskipun banyak investor khususnya dari China yang berminat membangun JSS, bukan berarti mereka akan tertarik jika pembangunan JSS ini tanpa konsesi. “Biaya pembangunan yang sangat besar tidak akan mungkin bisa dikompensasi dengan penetapan tarif tol JSS yang juga mahal, karena itu perlu ada konsesi di dua wilayah tersebut bagi investornya seperti pengembangan pemukiman, lokasi wisata atau pertambangan. Ini sedang dibicarakan,” katanya. Pembangunan JSS disebutkan juga, untuk mendukung akselerasi Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang sedang digadang-gadang pemerintah.
JIBI/SOLOPOS/Ant


Jakarta - Sampai saat ini pemerintah masih belum satu suara soal pembiayaan persiapan studi kelayakan (FS) proyek Jembatan Selat Sunda. Bagaimana nasib jembatan ini?

Menteri Keuangan Agus Martowardojo tetap ngotot mengusulkan agar pendanaan persiapan studi kelayakan (FS) Jembatan Selat Sunda (JSS/KSISS) didanai APBN bukan dari pemrakarsa (Artha Graha Network dan pemda Lampung-Banten) seperti yang tertuang dalam Perpres No. 86 Tahun 2011.

Namun, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, sejak awal pembangunan jembatan yang menghubungkan Jawa-Sumatera ini tidak menggunakan dana APBN.

"Usulan menkeu dari sejak awal langsung dibiayai APBN. Persoalannya dari awal kita mengatakan non APBN, karena masih banyak kita membangun infrastruktur desa, jembatan gantung untuk anak-anak sekolah yang ekonominya sulit. Pagi ini saja saya menerima surat dari Menteri Pertanian diperlukan Rp 3 triliun untuk membangun irigasi baru segala macam, perlu banyak untuk infrastruktur," tutur Hatta di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Snein (9/7/2012).

Dikatakan Hatta, Artha Graha Network dan pemda Lampung-Banten selaku inisiator proyek ini menyatakan proyek ini menggunakan skema kerjasama pemerintah-swasta. Pemerintah pusat menyetujui dan harus mengawasi. "Jadi sebetulnya tidak perlu diributkan," kata Hatta.

Jika ingin menggunakan dana APBN, dikatakan Hatta tidak mungkin dilakukan tahun ini karena APBN 2013 sudah akan selesai pembahasannya. Selain itu, akan menimbulkan proses panjang karena jika menggunakan APBN harus meminta persetujuan DPR.

"Kalau APBN kita kuat untuk membiayai itu, infrastruktur lain pedesaan, irigasi, infrastruktur, jembatan di kampung. Dari awal (Jembatan Selat-Sunda) itu didesain non apbn. Tidak boleh kita mengatakan kalau swasta yang kerjakan itu jelek. Jadi kita pisahkan dulu siapa dan siapa yang mengerjakan. Kita belum tahu siapa yang kerjakan, karena pada akhirnya akan ditenderkan," tegas Hatta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengestimasi biaya untuk merealisasikan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda (KSISS)/Jembatan Selat Sunda (JSS) bisa menelan Rp 225 triliun.

Kepastian berapa biaya sesungguhnya baru akan diketahui setelah hasil feasibility study (FS) atau studi kelayakan.

Proyek KSISS/JSS masuk dalam Badan buku rencana proyek kerjasama pemerintah dan swasta atau PPP (public private partnership) Book 2012. Buku tersebut berisikan 58 proyek infrastruktur andalan pemerintah.

Jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera ini terletak di Provinsi Lampung dan Banten. Panjang jembatan ini diperkirakan 27,4 km yang melintasi Selat Sunda.

Perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun jembatan ini mencapai US$ 25 miliar atau sekitar Rp 225 triliun. Diharapkan proses persiapan pembangunan proyek ini dimulai pada 2012-2014 termasuk FS dan basic design. Targetnya konstruksi awal pada 2015 dan mulai beroperasi pada 2025.

Rencana Ukuran dan Kapasitas Jembatan Selat Sunda:
  • Lebar Jembatan 60 m.
  • 2x3 Jalur Lalu Lintas Raya
  • 2x1 Jalur Darurat
  • Lintasan Ganda (Double Track) Kereta Rel
  • Pipa Gas, Pipa Minyak, Kabel Fiber Optik Cable, Kabel Listrik dan lain-lain.


(dnl/dnl)

ewi Andriani, Lavinda
May 09, 2012 20:20
JAKARTA: Pemerintah yakin pengembangan Jembatan Selat Sunda akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dan Sumatera masing-masing sebesar 5,7% dan 8,8% per tahun.


Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak memproyeksikan pembangunan kawasan strategis nasional Jembatan Selat Sunda (JSS) akan membawa pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa meningkat 1,2% dari pertumbuhan saat ini yang sebesar 4,5% per tahun.


"Pulau Sumatera akan mengalami loncatan pertumbuhan dari 4,9% menjadi 8,8% per tahun pada periode 2014-2030," katanya  dalam Seminar Dampak Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Universitas Indonesia, Rabu, 9 Mei 2012.


Setelah JSS terealisasi, dia mengatakan pertumbuhan lahan yang terbangun untuk pemukinan, perdagangan, jasa dan industri di Jawa dan Sumatera akan mengalami pertumbuhan masing-masing mencapai 28,8% dan 131,01% per tahun.


Dengan begitu, kegiatan perekonomian  akan semakin tinggi dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan.


"Nantinya akan terjadi perubahan moda transportasi, perubahan pola pengembangan investasi dan keterkaitan ekonomi," tuturnya. (ra)



0 Comments

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Copyright © 2009 Gemely All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.